3.1 Bentuk Kata
Proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan, bentuk kata ulang dan bentuk kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata imbuhan. Perubahan kata imbuhan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (surfiks atau akhiran) kata. Kata Ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami pengulangan baik seluruh maupun sebagian. Sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk satu arti baru.

3.2 Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Kata dasar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kata verbal, nominal dan adjektiva.
1) Kata Verbal
Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak. Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri sebagai P), pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri.
Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi sebagai keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: (1) kata kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat diikuti grase dengan sangat … sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh dapat diperluas menjadi menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi membaca dengan sangat tenang. Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak dapat diikuti oleh frase dengan sangat …sebagai keterangan cara. Misalnya gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan sangat tiba-tiba atau berhati-hati dengan sungguh-sungguh.
Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O (obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua yaitu: (1) kata kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan, (2) kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang tentu kata kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
2) Kata Nominal
Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya.
Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata nominal yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata nominal yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi berdasarkan kata yang digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya, kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu sekalian, anda; dan (c) ketiga, misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata ganti yang dapat menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu ini dan itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana, situ, dan sini.
3) Kata Adjektiva
Adjektiva adalah suatu kata yang sering muncul dalam bahasa tulis. Adjektiva memberikan informasi sifat terhadap nominal dan verbal yang umumnya mendahuluinya dalam suatu frase atau kalimat. Dalam kalimat Dia adalah gadis yang cantik misalnya adjektiva cantik bila diteliti lebih lanjut memiliki relativitas makna.
3.3 Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah bentuk kata jadian dengan menambahkan imbuhan atau afiks terhadap kata dasar.imbuhan itu berupa satuan bunyi terkecil yang mengandung arti berupa morfem terikat. Cara membentuk kata jadian dengan imbuhan di sebut afiksasi. Sedangkan hasil bentuknya disebut kata berimbuha atau kata kompleks. Dilihat dari perkembangannya imbuhan terbagi atas :
• prefiks atau awalan adalah afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. misalnya : ber-, di-; ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-
• Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar. mesalnya :-em-, -er-, -el-,
• sufiks atau akhiran adalah afiks yang terletak di akhir kata dasar. misalnya : -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is, -if
• konfiks adalah gabungan antara perfiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara serentak
1. Prefiks me- :
berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti structural:
1. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’ contoh: menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat.
2. ‘membuat jadi atau menjadi’ contoh : menggulai, menyatai, menjelas, meninggi, menurun, menghijau, menua
3. ‘mengerjakan dengan alat’ contoh : mengetik, membajak, mengail mengunci, mengetam
4. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’ contoh: membujang, menjanda, membabi buta
5. ‘mencari atau mengumpulkan’ contoh : mendamar, merotan.
2. Prefiks ber :
berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri) Prefiks ini mengandung arti :
1. ‘mempunyai’ contoh : bernama, beristri, beruang, berjanggut
2. ‘memakai’ contoh : berbaju biru, berdasi, berbusana.
3. ‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’ contoh : berhias, bercukur, bersolek
4. ‘berada dalam keadaan’ contoh : bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.
5. ‘saling’, atau ‘timbal-balik’ (resiprok) contoh : bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan.
3. Prefiks pe- :
berfungsi membentuk kata benda.(dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri). Prefiks ini mendukung makna gramatikal :
1. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’ contoh : penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
2. ‘alat untuk me…’ contoh : perekat, pengukur, penghadang, penggaris
3. ‘orang yang gemar’ contoh : penjudi, pemabuk, peminum, pencuri pecandu, pemadat.
4. ‘orang yang di …’ contoh : pesuruh.
5. ‘alat untuk …’ contoh : perasa, penglihat, penggali.
4. Prefiks per- :
befungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti :
1. ‘membuat jadi’ (kausatif) contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
2. ‘membuat Iebih’ contoh. pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
3. `menbagi jadi’ contoh: pertiga, persembilan.
5. Prefiks di-,
berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif, contoh : diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola.

6. Prefiks ter-,
berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
1. ‘dalam keadaan di’ contoh : terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.
2. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’, contoh : tertinju, terbawa, terpukul.
3. ‘dapat di-‘, contoh : terangkat, termakan, tertampung.
4. ‘ paling (superlatif) ‘, contoh : terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.

7. Prefiks ke-,
berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di … i’, atau ‘yang di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.

8. Sufiks -an,
berfungsi membentuk kata benda. Prefiks ini mengandung arti :
1. ‘ hasil ‘ atau ‘ akibat dari me- ‘ contoh : tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan,tinjauan, masukan.
2. ‘ alat untuk melakukan pekerjaan ‘ contoh : timbangan, gilingan, gantungan.
3. ‘ setiap ‘ contoh : harian, bulanan, tahunan, mingguan.
4. ‘ kumpulan ‘, atau ‘ seperti ‘, atau ‘ banyak ‘ contoh : lautan, durian, rambutan.

9. Konfiks ke-an,
berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif. Konfiks ini bermakna :
1. ‘ hal tentang ‘ contoh : kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan, ketidakmampuan, kelaziman.
2. ‘ yang di…i ‘ contoh : kegemaran ‘ yang digemari ‘, kesukaan ‘ yang disukai ‘, kecintaan ‘ yang dicintai ‘..
3. ‘ kena ‘, atau ‘ terkena ‘ contoh : kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran, kecolongan.
4. ‘ terlalu ‘contoh : kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
5. ‘ seperti ‘ contoh : kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
10. Konfiks pe-an,
berfungsi membentuk kata benda. Arfi konfiks ini di antaranya ialah :
1. ‘proses ‘ contoh : pemeriksaan ‘ proses memeriksa ‘, penyesuaian ‘ proses menyesuaikan ‘, pelebaran ‘ proses melebarkan ‘.
2. ‘ apa yang di- ‘ contoh : pengetahuan ‘ apa yang diketahui ‘, pengalaman ‘ apa yang dialami ‘ , pendapatan ‘ apa yang didapat ‘
11. Konfiks per-an,
befungsi membentuk kata benda. Arti konfiks ini ialah :
1. ‘ perihal ber- ‘ contoh : persahabatan ‘ perihal bersahabat ‘, perdagangan ‘ perihal berdagang ‘, perkebunan ‘ perihal berkebun ‘, pertemuan ‘ perihal bertemu ‘.
2. ‘ tempat untuk ber- ‘ contoh : perhentian, perburuan, persimpangan, pertapaan.
3. ‘ apa yang di ‘ contoh : pertanyaan, perkataan.
2.4 Kata Ulang
Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda.
Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi makna atau fungsi perulangan kata.

1. Bentuk Kata Ulang
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.
1. Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
2. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran.
Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
3. Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
4. Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang, pura-pura, lumba-lumba, dll.
5. Kata ulang dwipurwa, yang berarti “dahulu dua” atau kata ulang yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Dengan kata lain Kata ulang dwipurwa yakni perulangan kata yang dialami oleh sebagian dari kata dasar.
Misalnya: lelaki, tetua,pepohonan,tetangga.

2. Makna dan Fungsi Kata Ulang
1. Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
1. Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.
2. Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
2. Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
1. Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
2. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
3. Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.
Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.
4. menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
3. Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
1. Menyatakan makna lebih (intensitas).
Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
2. Menyatakan makna sampai atau pernah.
Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).
3. Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif (paling).
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
4. Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
5. Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.
Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.

4. Perulangan kata bilangan
1. Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna “satu demi satu”.
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
2. Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna “hanya satu itu”.
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
3. Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian “sekaligus dua, tiga, dst.”.
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
4. Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna “kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..
Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.
3.4 Kata Majemuk
Kata Majemuk atau Kompositum adalah gabungan dari da kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti. Pada umumnya struktur kata majemuk sama seperti kata biasa yaitu tidak dapat dipecahkan lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil. Contoh: saputangan, matahari, orangtua, kakitangan, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, ada bentuk kata yang lazimnya dianggap sebagai kata majemuk, masih menunjukkan struktur yang renggang, dalam artian masih dapat dipisahkan oleh unsur-unsur lain.
1.4.1. Terjadinya Kata Majemuk
Menurut sejarah kata-kata majemuk itu pada mulanya merupakan urutan kata yang bersifat sintaksis. Dalam urutannya yang bersifat sintaksis tadi, tiap-tiap bentuk mengandung arti yang sepenuhnya sebagai sebuah kata. Tetapi lambat laun karena sering dipakai, hubungan sintaksis itu menjadi beku dan sejalan dengan gerak pembekuan tersebut, bidang arti yang didukung tiap-tiap bentuk juga lenyap dan terciptalah bidang arti baru yang didukung bersama. Dan dalam proses ini tidak semua urutan itu telah sampai kepada taraf terakhir. Ada urutan kata yang masih dalam gerak ke arah pembekuan, ada yang sudah sampai kepada pembekuan itu yang masih dalam gerak itu dapat disebabkan karena gabungan itu memang sifatnya sangat longgar atau karena istilah tersebut baru saja tercipta.
Kata-kata yang masih dalam gerak inilah yang masih dapat dipecahkan strukturnya dengan meyisipkan kata-kata lain di antaranya, atau dapat dikembalikan kepada bentuk lain dengan cara transformasi. Tetapi karena frekuensi pemakaian tinggi, serta keterangan yang menerangkan bentuk itu harus selalu mengenai kesatuannya, maka kata-kata tersebut dimasukkan juga ke dalam kata majemuk.
Contoh: Rumah makan, walaupun strukturnya agak longgar, namun sering dipakai sebagai satu kesatuan arti; di samping itu keterangannya harus menerangkan keseluruhannya. Rumah makan yang baru; ‘yang baru’ bukan menerangkan makan saja atau rumah saja, tetapi seluruh kesatuan itu.
1.4.2. Sifat Kata Majemuk
Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:
a. Kata majemuk yang bersifat eksosentris.
b. Kata majemuk yang bersifat endosentris.
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, dan lain-lain.
Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris. Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.
1.4.3. Ciri-ciri Kata Majemuk
Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
2.2.4. Bentuk Perulangan pada Kata Majemuk
Pada dasarnya karena kata-kata majemuk membentuk suatu kesatuan maka bentuk-ulangnya harus secara penuh yaitu diulang keseluruhannya.
Contoh: rumah sakit-rumah sakit, saputangan-saputangan
Tetapi seringkali kita menjumpai hal-hal yang sebaliknya yaitu perulangan yang dilakukan bukan atas keseluruhannya melainkan hanya sebagian saja.
Contoh: rumah-rumah sakit, sapu-sapu tangan
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari ada kecenderungan untuk mengadakan penghematan dalam pemakaian bahasa, dasar ekonomis. Dasar ekonomis ini hanya dapat digunakan bila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham. Dalam hubungan ini agaknya dapat dijelaskan oleh kata ulang dwipurwa dalam bahasa Indonesia, yakni mula-mula orang mengulang seluruhnya, tetapi karena prinsip ekonomis tadi, akhirnya hanya sebagian saja dari lingga yang diulang.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian dan pembahasan yang telah disampaikan dalam bab-bab sebelumnya mengenai Bentuk kata maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan, bentuk kata ulang dan bentuk kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata imbuhan. Perubahan kata imbuhan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (surfiks atau akhiran) kata. Kata Ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami pengulangan baik seluruh maupun sebagian. Sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk satu arti baru.

3.2 Saran
Setelah menyelesaikan penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai beberapa saran yang mungkin bisa di pertimbangkan, yaitu :
1. Mahasiswa di sarankan untuk mengetahui jenis bentuk kata, untuk mengoptimalkan pemahaman dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan bentuk kata dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
85. Membina Budi Pekerti Bahasa Indonesia Baku. Bandung:
Pustaka Prima
Prof. Dr. Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenada Media Group

http://basindo.edublogs.org/2008/05/14/kata-ulang Badudu, J.S. 19
by:Asri Kurnia
Jubaedah
Novayana
Rizki Tri Jayanti
Yulianti Silvana D.

About seriiiii

i"m simple

Tinggalkan komentar